
Bicara Itu Ada Seninya (Hard Cover)
"TAHUKAH ANDA BAHWA BERBICARA ITU ADA SENINYA?
Ketika komunikasi menjadi hal yang penting untuk bersaing, pakar komunikasi Oh Su Hyang mengeluarkan buku yang sangat berarti. Selain berisi tentang pengalaman peningkatan diri, buku ini juga memuat berbagai konten mengenai teknik komunikasi, persuasi, dan negosiasi.
Lalu bagaimana cara berbicara yang baik? Apakah berbicara dengan artikulasi yang jelas? Atau berbicara tanpa mengambil tarikan napas? Tidak! Sebuah ucapan yang bisa disebut baik adalah yang bisa menggetarkan hati. Ucapan seorang juara memiliki daya tarik tersendiri. Ucapan pemandu acara memiliki kemampuan menghidupkan suasana dan kekuatan kalimatnya yang terus terang. Anda harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri Anda kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara dengan mahir akan menjadi lebih maju daripada yang lainnya.
Untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi, Anda harus mengetahui metode komunikasi yang efisien. Buku ini dijabarkan agar dapat dimengerti oleh siapa saja. Terdapat banyak episode menarik dari orang-orang terkenal dan juga rahasia inti dari komunikasi. Jika Anda membacanya dengan runut, saya yakin rasa percaya diri Anda untuk berbicara pun akan tumbuh dengan sendirinya."
Author | : | Oh Su Hyang |
Price | : | Rp 99,000 |
Category | : | SELF-IMPROVEMENT |
Page | : | 256 halaman |
Format | : | Hard Cover |
Size | : | 14 cm X 20 cm |
ISBN | : | 9786230404306 |
Publication | : | 12 May 2021 |
DARI MANA DATANGNYA KESAN PERTAMA
Ucapan yang Membuat Il-feel
“Saya bingung. Rasanya saya tidak kurang suatu apa pun, tapi selalu saja ditolak wanita saat kencan. Pekerjaan saya bagus, hubungan dengan teman pun tidak ada masalah. Namun, mengapa saya tidak bisa memikat hati lawan jenis?”
Adalah K, seorang pegawai perusahaan IT berusia 30-an awal. Perusahaan tempatnya bekerja merupakan perusahaan terkemuka dan terbaik di bidangnya. Namun, ia gelisah. Ia bekerja di tempat yang berfokus pada penelitian dan pengembangan sehingga tidak punya banyak waktu untuk bergaul dengan lawan jenis. Ia ingin menikah dan belakangan sering mengikuti kencan buta, tapi sering pula ia ditolak para wanita.
Sambil mendengarkan ceritanya, saya terus mengamatinya. Tidak tampak ada masalah khusus pada karakternya. Pemilik sifat biasa yang dapat ditemukan di mana pun. Namun, kebanggaan terhadap dirinya sendiri sangat luar biasa. Dari segi akademis, pekerjaan, keluarga, dan kondisi fisik, ia merasa tidak kalah dari orang lain. Ia juga sering menyebut hal yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan. Selang beberapa saat, saya bisa mengetahui apa masalahnya.
“Bagaimana Anda berbicara dengan wanita saat kencan?”
“Hmm… biasa saja.”
“Menurut saya tidak. Karena itu, para wanita tidak tertarik kepada Anda. Bagi wanita, kesan saat pertama kali bertemu sangatlah penting. Penampilan yang rapi memberikan kesan yang bagus. Begitu pula dengan gaya bicara. Suara yang bagus saja tidak cukup. Bagaimana berbicara agar memberi kesan yang baik kepada lawan bicara juga penting. Dari yang saya lihat, Anda lebih sering membanggakan diri sendiri dalam percakapan. Kalau saat ini kita sedang berkencan, saya pasti sudah merasa jengkel kepada Anda.”
Ia merupakan salah satu contoh orang yang merugi karena ucapan meskipun sudah memiliki semuanya untuk memberikan kesan pertama yang baik. Suaranya jernih dan enak didengar, tapi isi ucapan yang terkandung di dalamnya yang bermasalah. Dengan hanya membicarakan diri sendiri dan tidak memikirkan lawan bicara, ia jadi dicap tidak berperasaan oleh lawan bicaranya. Terlepas dari seringnya saya bergaul dengan wanita, rasanya tidak ada yang tidak tahu bahwa wanita tidak menyukai pria yang suka membanggakan diri sendiri. Hal itu sudah menjadi rahasia umum. Mungkin karena K tidak menyadari hal tersebut, kesan pertama yang dibuatnya setiap kali berkencan selalu saja tidak baik.
Banyak kasus seperti ini ketika nilai kesan pertama seseorang menjadi turun karena ucapannya. Misalnya, politikus A yang memiliki kesan pertama negatif karena berbicara gagap di masa lalu. Dibanding politikus lainnya, ia sebenarnya lebih santun dan tenang. Namun, karena cara bicaranya yang terbata-bata dan samar-samar, ia dinilai tidak tegas dan kurang cakap dalam membuat keputusan. Padahal, seorang pemimpin dinilai dari cara bicaranya, dan hal tersebut merupakan kelemahan yang fatal.
Publik tidak mungkin mengetahui orang seperti apa ia sebenarnya. Mereka hanya bisa menilai dari kesan yang dipancarkan saat berbicara. Apa yang diutarakannya saat di parlemen, kuliah umum, atau saat wawancara dengan jurnalis menjadi bahan penilaian yang penting. Jika ditilik dari pandangan bahwa “ucapan menentukan kesan pertama”, sangat disayangkan baginya yang beralih dari pengusaha menjadi politikus.


Oh Su Hyang
RECOMMENDED FOR YOU Explore More








