Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad (E-Book)
Inspektur Soo-in, seorang detektif polisi, kehilangan ingatan dan penglihatannya dalam pemburuannya terhadap seorang Peniru yang melakukan pembunuhan berantai. Para korbannya adalah tersangka pembunuhan yang dibebaskan karena kurangnya alat bukti, kemudian Peniru membunuh mereka dengan cara yang persis digunakan para tersangka pembunuhan ini. Han Ji-soo ditugaskan mendampingi Inspektur Soo-in untuk memulihkan ingatannya. Karena hanya dialah satu-satunya kunci untuk mengetahui identitas Peniru. Namun pada saat bersamaan, Han Ji-soo pun tengah dalam penyelidikan atas dugaan menekan psikologis para tersangka untuk melakukan bunuh diri. Hal tersebut mengundang kecurigaan para detektif polisi bahwa mungkinkah Han Ji-soon sebenarnya justru bersengkongkol dengan Peniru?
Dia tidak bisa mengingat siapa dirinya. Penglihatannya pun sima. Orang-orang yang mendatanginya di rumah sakit, memanggilnya Inspektur Lee Soo-in.
Mereka bilang Inspektur Lee sedang mengejar Peniru yang melakukan pembunuhan berantai. Peniru itu menargetkan para tersangka pembunuhan yang dibebaskan kepolisian dan meniru metode pembunuhannya. Ingatan Inspektur Lee adalah kunci untuk mengungkap identitas Peniru.
Detektif Han Ji-soo ditugaskan untuk memulihkan ingatan Inspektur Lee. Namun, Detektif Han sedang dicurigai sebagai kaki tangan Peniru oleh segelintir pihak atas kasus pembunuhan tanpa jasad yang melibatkannya. Benarkah Detektif Han adalah kaki tangan Peniru? Dan yang lebih penting, mampukah Inspektur Lee mengungkap jati diri Peniru?
Author | : | Lee Jong-kwan |
Price | : | Rp 109,000 |
Category | : | FICTION,MYSTERY & THRILLERS |
Page | : | 312 halaman |
Format | : | E-Book |
Size | : | 13.5 cm X 20 cm |
ISBN | : | 9786230410604 |
Publication | : | 22 February 2023 |
Han Ji-soo memesan secangkir kopi di Kafe Seokyung di lantai 1 Kantor Kepolisian Metropolitan Seoul, dan langsung menghabiskannya sambil berdiri. Begitu kafein menyelusup ke seluruh tubuhnya, dia merasa baru benar-benar terbangun.
Wanita itu keluar dari pintu depan dan menaiki taksi. Kali ini dia akan bertemu Detektif Son Ji-yoon dari Kantor Polisi Yongsan, petugas yang bertanggung jawab atas kasus “pembunuhan tanpa jasad”.
Berita real-time terlihat berjalan di papan reklame di luar kantor surat kabar. Han Ji-soo memejamkan mata karena merasa mabuk perjalanan.
Setibanya di Kantor Polisi Yongsan dan membayar ongkos, sopir taksi berkata, “Semoga semuanya berjalan lancar.”
Baru setelah menjawab “terima kasih”, wanita itu baru menyadari supir taksi itu salah mengira bahwa dia adalah korban kejahatan.
Detektif Son Ji-yoon sedang merokok di depan gedung tambahan—tempat Unit Kejahatan dan Kekerasan berada. Sambil memegangi rokoknya, dia seperti seorang biksu pemberontak yang telah mencukur rambutnya sampai bersih.
“Silakan masuk. Aku sudah menunggu.”
Detektif Son mematikan rokok dan berpura-pura akrab. Semua orang bekerja di luar, tidak ada seorang pun di kantor.
“Sebuah jasad kembali ditemukan di Sungai Han, dan semua orang pergi ke sana.”
Di area yurisdiksi Kantor Polisi Yongsan, aliran Sungai Han terdapat laju air yang lebih lambat, dari sanalah sering bermunculan jasad-jasad orang yang bunuh diri. Han Ji-soo duduk berhadapan dengan Detektif Son.
“Putra Kim Young-hak yang mengirim surat kaleng ke Kepolisian Metropolitan Seoul, kan? Karena dia kuliah di luar negeri, jadi tidak bisa bolak-balik memeriksanya. Maaf telah membuatmu kesulitan dalam banyak hal.”
“Situasi di sini juga pasti sulit.”
“Sepertinya dia menulis pesan di papan buletin audit dengar-pendapat dan mengatakan penyelidikan itu salah. Anak-anak sekarang ini sangat ahli menggunakan keyboard. Berkat mereka, setiap hari aku bisa dipanggil dan mendapat masalah besar.”
“Penyelidikan Kim Young-hak?”
“Ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin menemukan Kim Young-hak, yang hilang lima bulan lalu? Rekaman CCTV juga pasti sudah dihapus setelah beberapa kali.
“Apa aku bisa melihat riwayat panggilan telepon, penggunaan kartu kredit, dan data investigasi Kim Young-hak sejauh ini?”
“Bersih. Tidak ada yang bisa dicurigai.”
Detektif Son menyerahkan data yang sudah dicetak. Jumlah kertasnya tipis. Jika muncul sedikit saja tanda kehidupan dari Kim Young-hak, jumlah dokumen tidak akan setipis ini.
“Apa tempat tinggal Kim Young-hak masih sama?”
“Kosong, semenjak Kim Young-hak menghilang.”
“Begitu rupanya.”
“Kautahu masuk tanpa surat perintah itu ilegal, kan? Kau pun sedang diawasi, jadi harus berhati-hati.”
“Tentu, harus berhati-hati.”
Han Ji-soo berdiri.
“Tidak akan banyak yang akan kautemukan di sana. Tim Forensik sudah memeriksanya lebih dari dua kali.”
Detektif Son membuka pintu ruangan Unit Kejahatan dan Kekerasan.
Pintu itu dilengkapi dengan kunci pintu digital di bagian dalam karena kekhawatiran penjahat bisa meloloskan diri.
“Ah, aku hanya memberitahumu ini, katanya Kim Young-hak meninggalkan kunci pintu di bawah pot sebelum menghilang. Aku tidak tahu apa itu masih ada sekarang.”
“Terima kasih.”
Detektif Son memberi hormat dengan tangannya seperti candaan. Wanita itu juga menerima hormat seperti candaan juga. Setidaknya cara itu tidak secanggung daripada sekadar melambaikan tangan.
Matahari terbenam di ujung koridor di Kantor Polisi Yongsan.
Hari kedua dalam seminggu telah berlalu. Langkah kakinya semakin cepat.